Sabtu, 01 Oktober 2011

YA ALLAH SEMPURNAKAN LAH UNTUK KAMI, CAHAYA KAMI

Saudaraku...
Betapa pentingnya cahaya dalam kegelapan. Betapa berharganya secercah cahaya di tengah gulita
Di hari akhir yang gelap gulita nanti, hanya orang-orang beriman yang memiliki cahaya. Yang dengan sinar cahayanya itu, mereka sangat tertolong untuk meniti perjalanan melintasi ash shiraat (jembatan). Itulah salah satu cahaya dari dua cahaya yang disebutkan Sayyid Quthb dalam kitab Fii Dzilaali Al Qur’an. Ia menyebutkan dua kategori cahaya, pertama adalah nuur hissy atau cahaya materil berupa cahaya Allah swt yang menyinari semua alam semesta. Tanpa nuur Allah, maka alam semesta ini gelap gulita dan tidak ada yang dapat terlihat. Kedua adalah nuur ma’nawi atau cahaya immateril. “Ia adalah cahaya yang terbit dari hati orang beriman dari Al Qur’an dan sunnah Rasulullah saw yang menyinari hati, pendengaran, dan penglihatan hamba Allah yang beriman. Lalu cahaya itu juga akan menjadi penerang seorang hamba di dunia dan di akhirat. (Fii Dzilaali Al Qur’an, Sayyid Quthb, 6/3485).
 Cahaya itulah yang disinggung oleh Allah swt dalam firmannya surat Al Hadiid ayat 12. “Yaitu pada hari ketika kalian melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedangkan cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka. (Dikatakan kepada mereka): “Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai yang kamu kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar.”
 Betapa beharganya secuil cahaya yang diperoleh di gelapnya kiamat. Saat sinar cahaya berkilauan dan menerangi jalan orang-orang beriman, sementara di sekeliling mereka hanya kegelapan di atas kegelapan. Betapa besar rasa syukur orang-orang yang mendapatkan cahaya dan mendengar berita gembira dari Allah swt, tentang kenikmatan surga yang tak pernah  tergambarkan.
Saudaraku..
Inilah informasi tentang kondisi orang-orang yang beriman di hari kiamat. Bahwa amal-amal merekalah yang menyebabkan mereka memiliki cahaya, yang memandu mereka berjalan di tengah gelap hari itu. Dalam sebuah atsar, Abdullah bin Mas’ud ra pernah mengatakan, “Sebatas amal-amal yang mereka lakukan, mereka melewati ash shiraat (jembatan). Di antara mereka ada yang sinarnya serupa gunung dan ada pula sinarnya yang serupa lebah. Ada yang sinarnya serupa orang yang berdiri. Ada yang sinarnya sangat rendah, yakni hanya pada jemarinya saja, terkadang mati dan menyala.”
 Perhatikanlah bunyi firman Allah swt yang menceritakan situasi tersebut. “Pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang beriman yang bersama dengannya, sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan, “Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu…” (QS. At Tahrim: 8).
Saudaraku. Orang-orang munafiq, cahaya yang mereka miliki mati saat mereka berada di ash shiraat. Berkata Abdul Qashim Ath Thabrani,  dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah saw bersabda, “… Ketika sampai di ash shiraat, Allah memberikan setiap orang mukmin cahaya dan setiap orang munafiq cahaya. Tapi ketika mereka berada di tengah-tengah ash shiraat, Allah mematikan cahaya orang-orang munafiq laki-laki dan perempuan. Sehingga mereka mengatakan pada orang-orang mukmin, ‘Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebagian cahaya darimu.’ Lalu orang-orang beriman mengatakan, ‘Kembalilah kamu kebelakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu).’ Lalu diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu. Di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya ada siksa.” (Lihat Surat Al Hadiid ayat 13).
 Tergambarkah dalam benak kita betapa kesedihan dan hancurnya orang-orang yang tak mendapatkan cahaya ketika itu?  Bagaimana dahsyatnya rasa takut dan kengerian menerpa bagi orang-orang yang cahayanya dimatikan oleh Allah di tengah gelap gulitanya ash shiraat itu.
Saudaraku..
Cahaya orang mukmin adalah salah satu di antara cara atau tanda bagi Rasulullah saw untuk mengenal umatnya. Berkata Ibnu Abi Hatim, “Semoga Allah merahmati Abdurrahman bin Jabbir. Dia mendengar Abu Darda dan Abu Dzar memberitakan dari Rasulullah saw: ‘Aku orang pertama yang diizinkan untuk bersujud di hari kiamat. Dan orang yang pertama mengangkat kepalanya. Lalu aku melihat siapa yang ada di hadapanku, yang di belakangku, yang di sisi kananku, dan yang berada di sisi kiriku. Aku mengenal umatku di antara sekian banyak umat manusia.’ Berkatalah seorang sahabat, ‘Ya Rasulullah, bagaimana engkau mengenal umatmu di antara sekian banyak manusia dari zaman Nabi Nuh hingga umatmu?’ Rasul mengatakan, ‘Aku mengenal mereka bersinar karena bekas air wudhu, dan hal itu tidak dialami seorangpun selain mereka. Aku juga mengenal mereka karena mereka menerima kitab mereka dari tangan kanan mereka. Aku mengenal mereka dengan tanda-tanda sujud di wajah mereka. Aku mengenal mereka dengan cahaya mereka yang ada di hadapan mereka.” (HR. Ahmad)
 Wahai saudaraku...
Mari tengadahkan tangan dan  berdo’a. “Allahumma atmim lanaa nuurona..”  Ya Allah sempurnakanlah untuk kami cahaya kami…. Amiin Ya Robbal’alamin.

1 komentar:

  1. Subhanallah Alhamdulillah sangat bermanfaat terima kasih pencerahannya,

    BalasHapus