Rabu, 05 Oktober 2011

MENGENDALIKAN LINTASAN PIKIRAN


Ikhwahfillah..
Kali ini, mari kita telusuri butir-butir nasihat yang dituangkan begitu indah oleh Imam Ibnul Qayyim Al Jauzi rahimahullah . Salah satunya, tentang asal usul perbuatan seseorang yang berpangkal pada khatirah (lintasan pikiran). Semua prilaku manusia, menurutnya, selalu berasal dari lintasan pikiran, yang pada akhirnya mengantarkan seseorang pada tahapan amal atau praktik.
Bicara tentang lintasan pikiran menjadi sangat penting, karena tak satupun manusia yang bisa terlepas dari lintasan pikiran. Ia muncul begitu saja, dan menjadi salah satu fitrah manusia pemilik panca indera. Kita, tidak mungkin berada dalam situasi tak  memiliki lintasan pikiran. Lintasan pikiran itu tersembunyi. Lebih tersembunyi dari sikap hasad, dengki, dan semacamnya. Ia ada dalam alam pikiran dan berwujud lintasan-lintasan belaka, akan tetapi  Allah swt Maha Mengetahui atas apa yang ada dalam pikiran kita.

Ibnul Qayyim membagi tiga kategori lintasan pikiran; khatirah rahmaniyah, syaithaniyah dan nafsaniyah. Khatirah rahmaniyah adalah seluruh lintasan pikiran yang berisi kebaikan dan hal-hal utama. Seperti menuntut ilmu, amar ma ’ruf dan nahi mungkar, shadaqah dan lainnya. Khatirah syaithaniyah adalah lintasan pikiran syaitan yang isinya selalu kekejian dan kemungkaran belaka. Sedangkan nafsaniyah, adalah lintasan pikiran yang terjadi saat seseorang bermimpi.

Perhatikanlah ungkapan Ibnul Qayyim, “Lintasan-lintasan itu memang kompleks karena dia berada dalam ruang kebaikan atau keburukan. Dari lintasan pikiran (khatirah) itu lahir keinginan (iradah), lalu himmah (kecenderungan), dan azimah (tekad). Orang yang sejak awal mampu mengendalikan lintasan pikirannya, berarti ia mampu mengendalikan jiwa dan menundukkan hawa nafsunya. Tapi orang yang dikendalikan oleh lintasan pikirannya, berarti jiwa dan nafsunya yang lebih kuat. Siapapun yang menganggap enteng lintasan pikiran, niscaya lintasan pikiran itu akan menyeretnya pada kehancuran...”

Dalam kitab yang lain, Ibnul Qayyim mengatakan, “Buanglah lintasan pikiran syaithaniyah. Jika tidak engkau buang, ia akan menjadi fikrah. Buanglah fikrah itu. Jika tidak engkau buang,ia menjadi himmah. Buanglah himmah itu, jika tidak engkau buang ia akan menjadi amal prilaku. Buanglah prilaku itu, jika engkau tidak melakukannya ia akan menjadi kebiasaan.”
Ikhwahfillah…
Seperti itulah asal muasal perilaku jahat, ia  bermula pada lintasan pikiran. Bersyukurlah kepada Allah swt atas kekuatan bashirah yang diberikan kepada Ibnul Qayyim. Karena Ibnul Qayyim bukan hanya menyampaikan hal penting dan mendesaknya kita mengetahui tahapan-tahapan itu, tapi ia pun lalu mengajarkan pada kita cara untuk menghempas lintasan pikiran negatif itu,
Ada 3 langkah untuk menghilangkan pikiran negatif. “
Pertama, kosongkan hati dari lintasan pikiran buruk dengan tidak mendekati sesuatu yang dapat memancingnya.
Kedua, jika hati telah kosong dari keburukan itu, hati harus diisi dengan kesibukkan akan ketaatan dan kecintaan pada Allah.”
Cara mengisi hati dan menyibukkan diri di sini ada lima cara. Pertama, pikirkan ayat-ayat Allah berupa Al Quran dan pahami maksud tujuannya. Kedua, berpikirlah tentang ayat-ayatnya yang terlihat dan ambillah pelajaran darinya dikaitkan dengan nama dan sifat-Nya. Ketiga, berpikirlah tentang ketinggian, kebaikan, kemurahan Allah kepada makhluk-Nya meliputi seluruh nikmat, kasih sayang dan ampunan-Nya yang sangat luas. Keempat, berpikirlah tentang kekurangan dan aib diri sendiri, serta atas kekurangan kita dalam beramal. Kelima, berpikirlah tentang kewajiban kita  terkait urusan dunia maupun agama.
ketiga, adalah dengan menjaga lintasan hati dari yang haram dan yang keliru. Ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, mengetahui sumber-sumber yang dapat memancing yang haram dan tempat-tempat yang sensitif menyeret pada yang kesalahan. Kedua, membandingkan dan menimbang serta mengetahui akibat yang muncul dari kekeliruan yang ada dalam lintasan pikiran, ini, adalah pekerjaan akal. Ibnul Qayyim lalu ,mengajak kita membandingkan antara dua keadaan. Katanya, “Bandingkan antara kelezatan mendekatkan diri kepada Allah dengan mendekatkan pada kekotoran. Bandingkan antara kelezatan dosa dengan kelezatan hati yang memelihara diri dari dosa.
Ikhwahfillah semoga Allah membimbing kita semua agar selalu ada dalam Ridho Nya (Mardhotillah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar