Minggu, 02 Oktober 2011

DO'A SENJATA PALING AMPUH


Tahukah kita seberapa besar kekuatan do’a di saat-saat genting? Disaat para pejuang Allah SWT menghadapi kekuatan musuhnya. Kegentingan yang pernah dialami  oleh hampir  para Rasul Allah, tak ter kecuali Rasulullah Muhammad SAW.
Bagaimana gentingan yang  dialami Nabiyullah Musa as saat ia dan kaumnya dikejar Fir’aun dan bala tentaranya, sampai terpojok di tepi laut. Perhatikanlah bagaimana kegentingan ini digambarkan oleh Al-Qur’anul  Karim. “Maka, ketika kedua kelompok itu saling melihat, berkatalah  pengikut Musa , “Sungguh kita akan benar-benar tersusul.”  Musa menjawab, “Sekali-kali tidak, sesungguhnya Tuhanku menyertaiku. Dia akan memberi petujuk kepadaku.” (QS.Asy Syu ’ara:62). Nabi Musa as memiliki keyakinan yang kuat atas pertolongan Allah SWT, Ia yakin Allah pasti membelanya,  tak ada yang memiliki kekuatan kecuali Allah SWT. Begitulah akhirnya Musa AS diselamatkan oleh Allah SWT.
 Mari kita lihat lagi jejak para pejuang di jalan Allah swt yang ada dalam lembar-lembar sejarah. Kita ingin mengetahui dan turut merasakan bagaimana do'a  menjadi senjata paling ampuh hingga kemenangan berhasil diraih. 
 Di malam senyap dan gelap. Malam peperangan Badar Kubro. Para sahabat radhiallahuanhum tertidur. Kecuali Rasulullah saw sedang terjaga dan shalat di samping sebuah pohon. Ia berulangkali sujud dengan mengatakan, “Yaa hayyu yaa Qayyuuum... (Wahai Yang Maha Hidup dan Maha Berdiri) Rasulullah saw terus menerus mengulang-ulang ucapan itu, agar Allah swt mendatangkan kemenangan pada kaum Muslimin. (Al Bidayah wa An Nihayah , 5/82). 
Ketika melihat pasukan Quraisy,  saat yang genting ia mengatakan, “Ya Allah inilah Quraisy telah datang dengan kesombongan dan kepongahannya. Mereka mendustai Rasul-Mu. Ya Allah timpakanlah bencana kepada mereka esok. (Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam, 3/168)
 Umar bin Khattab meriwayatkan, detik-detik pecahnya pertempuran di Badar, Rasulullah saw memandang para sahabatnya yang berjumlah tiga ratusan orang. Lalu ia melihat barisan kaum Musyirikin yang jumlahnya lebih dari 1000 orang. Utusan Allah swt itu bersabda, “Ya Allah, berikanlah kepadaku apa yang Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, jika Engkau musnahkan kelompok Islam ini, Engkau tidak lagi disembah di muka bumi selamanya.”  Kata Umar,, Rasulullah saw terus menerus berdoa sampai selendangnya terjatuh dari pundaknya. Abu Bakar ra yang memungutnya mengatakan, “Wahai Nabi Allah, cukup sudah do ’amu kepada Allah swt. Dia pasti memberimu apa yang dijanjikan kepadamu...” (HR.Ahmad)
Pernahkah kita mendengar kisah Nu ’man bin Maqran? Seorang pejuang Islam yang memimpin peperangan melawan Persia. Ketika itu, pasukan Islam telah berminggu-minggu mengepung benteng Persia yang kokoh karena pertahanannya melewati parit parit. Nu'man berdiskusi dengan komandan perangnya. Mereka merumuskan strategi untuk memancing pasukan Persia keluar dari parit-parit mereka. Caranya, pasukan Islam berpura-pura lari meninggalkan medan tempur sampai jika orang-orang Persia keluar dari parit, barulah pasukan Islam berbalik menyerang mereka. Nu’man sepakat dengan strategi ini. Ia mengatakan kepada rekan-rekannya, “Nanti akulah yang akan meneriakkan takbir tiga kali. Jika kalian mendengar teriakan takbir ketiga, berarti saat itulah kalian mulai peperangan.” Setelah itu, Nu’man pergi ke salah satu tempat dan berdo ’a kepada Allah swt dengan mengatakan, “Ya Allah, muliakanlah agamamu, menangkanlah hamba-Mu. Ya Allah aku memohon kepada-Mu agar mataku sejuk dengan kemenangan yang menjadikan Islam mulia, dan matikanlah aku dalam keadaan syahid.” Orang-orang yang mendengar do'a Nu’man menangis. Mereka sama-sama larut dalam munajat dan do’a dengan penuh khusyu ’ dan tunduk. Allah swt mengabulkan do’a mereka. Kaum Muslimin diberikan kemenangan oleh Allah swt dengan kemenangan yang luar biasa. Allah swt juga mengabulkan do ’a Nu ’man bin Maqran karena dialah prajurit pertama yang syahid di medan perang ketika itu. (Al Bidayah wa An Nihayah, 7/89) Seorang sahabat ada yang bernama Qutaibah bin Muslim dan Muhammad bin Wasi ’. Ibnul Jauzi dalam Shifatu Shafwah menceritakan pengalaman keduanya menjelang peperangan meletus. Tiba-tiba Muhammad bin Wasi’ menghilang dari barisan. Qutaibah lalu memerintahkan pasukannya melihat siapa yang ada di dalam masjid. Pasukannya mengatakan, “Tak ada seorangpun kecuali Muhammad bin Wasi’. Ia sedang mengangkat jari-jarinya.” Qutaibah mengatakan,, “Jari-jarinya yang terangkat itu lebih aku sukai daripada tiga puluh ribu pemuda yang kuat dengan pedang terhunus.”
Perhatikanlah saudaraku.....
Bagaimana kedudukan dan kekuatan do ’a dalam pandangan para salafushalih. Lihatlah lagi saudaraku, bagaimana Shalahuddin Al Ayyubi, tokoh pahlawan pembebas Al Quds dari tangan pasukan salib. Dikisahkan, “Shalahuddin, ketika mendengar pasukan salib berhasil mendesak kaum Muslimin, ia tersungkur sujud kepada Allah swt sambil berdo ’a, “Ya Allah aku telah terputus dari sebab-sebab bumi untuk memenangkan agama-Mu. Tak ada yang tersisa kecuali menyerahkan semuanya kepada-Mu, sambil tetap berpegang pada ajaran-Mu dan bersandar pada karunia-Mu. Engkaulah Penolongku dan sebaik-baik Pelindung.” Dalam sujudnya itu ia menangis dan air matanya masih menitik di antara janggut hingga membasahi sajadahnya. Dan ketika itulah Allah swt menurunkan kemenangan pasukan Islam atas pasukan salib

Tidak ada komentar:

Posting Komentar